Cerita-Cerita Unik Penamaan Makanan Khas Indonesia

reza-a.-fernando
Reza A. Fernando
Posted on Jun 13, 2022

Indonesia terkenal dengan berbagai macam keberagaman kulinernya. Dari ujung Sabang hingga ujung Merauke, tiap-tiap daerah punya makanan khasnya masing-masing. Tentu saja makanan-makanan ini memiliki namanya masing-masing. Tapi kalian pernah nggak sih bertanya-tanya kenapa suatu makanan bisa dinamakan demikian? Berikut cerita-cerita dibalik penamaan makanan Indonesia yang telah tim foods.id rangkum, agar pembaca bisa semakin mencintai makanan-makanan indonesia


  • Cuanki

Bakso Cuanki ala kafe di Kota Baru Parahyangan Bandung (KBP)

sumber: republika.co.id


Merupakan makanan khas bandung yang sering disajikan dengan kuah kaldu dan berisi bakso, siomay kukus, siomay goreng, tahu goreng, dan tahu rebus. Cuanki terbuat dari ikan, daging sapi, tepung tapioka, dan bumbu penyedap lainnya.


Mungkin seringkali teman-teman temukan di sosial media, sama seperti makanan khas bandung lainnya yang penamaannya dari singkatan, seperti batagor yang merupakan singkatan dari bakso, tahu, goreng atau cireng yang merupakan aci di goreng. Cuanki bukanlah singkatan dari cari uang jalan kaki, seperti yang sering kita baca di meme-meme.


Istilah Cuanki justru berasal dari merek dagang dimsum berkuah di daerah Bandung dan kota Cimahi yang bernama Bakso Tahu Kuah Choan Kie. Choan Kie sendiri memiliki arti banyak rezeki. Dari kata itulah hingga bergeser menjadi Cuanki seperti yang sekarang kita kenal.


  • Pempek

Resep pempek dos ala Devina Hermawan, tanpa ikan cukup tepung dan telur yang bisa menjadi ide jualan.

sumber: pikiran-rakyat.com

Makanan khas kota palembang yang bahan dasarnya dari ikan lalu disajikan dengan kuah cuka ini cukup jadi kegemaran masyarakat Indonesia untuk jadi bahan santapan. Apalagi dengan banyaknya variasi dari pempek itu sendiri. Dari Pempek Kulit, adaan, lenjer, hingga kapal selam.


Pempek awalnya bernama kelesan yang dalam bahasa Palembang berarti makanan yang tahan lama disimpan (dikeles). Di mana adalah olahan ikan yang dicampur dengan tapioka lalu direbus. Lalu jika ingin dimakan, kelesan bisa digoreng lagi untuk mendapatkan tekstur yang renyah.


Namun, orang Palembang tidak begitu mahir menjual kelesan buatan mereka. Sampai datanglah orang-orang Tionghoa yang dikenal pandai berjualan. Orang-orang Tionghoa yang berjualan kelesan berkeliling kampung biasa dipanggil oleh warga yang ingin membeli dengan sebutan Apek atau Pek. Apek atau Pek dalam bahasa Tionghoa merupakan panggilan kepada orang yang lebih tua. Sebab dari panggilan para pembeli yang terus menerus itulah kelesan lebih dikenal dengan sebutan Pempek.


  • Sayur lodeh

Makanan yang sederhana serta tidak rumit dibuat. Biasa terdiri dari labu, kacang panja, terung, tempe, serta jagung muda yang diberi kuah santan. Sangat lezat jika disajikan hangat-hangat di jam makan siang.


Meski terkesan menu sederhana, konon sayur lodeh membantu masyarakat jawa tengah ketika melewati masa-masa sulit setelah letusan gunung merapi. Serta dianggap sebagai makanan penolak bala oleh sebagian masyarakat di jawa tengah.


Sayur lodeh konon diberi nama ketika masa penjajahan Belanda di Batavia dan pasukan Mataram, Betawi, dan Cirebon bersatu melawan Belanda. Saat itu, dapur umum pasukan Indonesia terbakar habis ulah dari tentara Belanda. Hal ini membuat tentara Indonesia kelaparan. Di persembunyiannya di dalam hutan, mereka pun memasak bahan-bahan makanan yang tersisa dan mereka menyukainya.


Tentara-tentara yang menyukai masakan ini pun bertanya, apa nama dari masakan tersebut. Yang kemudian dibalas oleh celetukan tentara betawi, “Terserah lo deh (mau diberi nama apa)”. Namun tentara lain menangkap bahwa masakan tersebut bernama lodeh.



  • Tumpeng

https: img.okezone.com content 2021 02 13 298 2361321 jangan-potong-pucuk-nasi-tumpeng-saat-syukuran-ini-alasannya-0HGURH2HcS.jpg

sumber: okezone.com


Makanan khas jawa kebanyakan kaya akan simbolisme. Termasuk Nasi Tumpeng, yang terdiri dari berbagai macam lauk pauk dengan nasi kuning yang berbentuk kerucut, yang mencerminkan tatanan dunia di bawah Sang Kuasa. Tumpeng kerap kali hadir di acara-acara besar atau syukuran, karena nasi kuning dianggap sebagai pembawa berkah atau rezeki bagi rumah maupun bisnis.


Masyarakat Jawa meyakini Tumpeng merupakan akronim dari kalimat “yen meTu kudu meMPENG”. Kalimat ini memiliki arti “jika keluar, harus bersungguh-sungguh dan semangat”. Tentu saja hal ini tidak terlepas dari Tumpeng itu sendiri yang banyak memiliki simbolis serta arti filosofis.


Seperti, tumpeng yang kerap disajikan dengan aneka lauk pauk yang berjumlah tujuh macam. Sebab, angka tujuh dalam bahasa Jawa disebut pitu, yang bisa diartikan sebagai pitulungan. Diharapkan orang yang memakan tumpeng selalu mendapat pertolongan jika mengalami kesulitan.




Komentar

Your message is required.
Markdown cheatsheet.